Posts

Tanggal Dua Sembilan

Juli merobek lembaran kalender bertuliskan angka dua sembilan di depannya. Dua sembilan kesekian sejak hari itu, pikirnya. Ia terdiam lama dan terlihat sedih. Tangannya mulai bergetar, meremuk kencang gumpalan kertas kecil itu. Tanggal dua sembilan seakan menjadi mimpi buruk bagi Juli. Hari di mana ia mengetahui bahwa orang yang selama lima tahun mendampinginya ternyata sudah mengkhianati hubungan mereka. Hatinya hancur berantakan. Mimpinya untuk memiliki keluarga harmonis seolah kandas bahkan yang lebih ironis saat mereka sedang berencana memilliki keturunan. Juli mengambil album foto berwarna hitam dengan aksen keemasan dari laci meja di sudut ruang tengah. Album pernikahannya. Dua sembilan pertama saat saling mengikat hati, bertukar janji, penuh senyum dan doa baik. Ia terdiam lama dan terlihat bahagia. Tangannya mulai bergetar, membalik satu demi satu lembaran foto di dalamnya. Tanpa sadar, air matanya menetes. Tanggal dua sembilan sudah tidak lagi terasa sama bagi Juli. Sama seper

Satu Hal Yang Membosankan

Saya bosan jadi orang baik. Seringkali membantu yang lain bahkan sebelum diminta tapi tidak jarang kesulitan dan sendirian. Saya bosan jadi orang baik. Sangat mudah memaafkan dan hidup seperti biasa meski sakitnya terus ada seolah tidak terlupakan. Saya bosan jadi orang baik. Sekian kali memikirkan apa yang akan keluar dari mulut dalam rangka menjaga perasaan lawan bicara padahal faktanya tidak jarang yang diidengar justru tidak seharusnya masuk ke pikiran. Saya bosan jadi orang baik. Sulit berkata tidak tapi merasa terbeban dengan mengiyakan. Saya bosan jadi orang baik. Selalu berusaha menyamankan dan menyenangkan yang lain kecuali diri sendiri. Saya bosan jadi orang baik. Setidaknya jika bisa, saat ini saya ingin jadi orang yang bahagia.

Saya Masih Mengingatnya

Saya masih mengingatnya. Saat saya tidak bisa mengikuti tes golongan darah yang hanya berbayar beberapa ribu rupiah. Saya masih mengingatnya. Saat saya tidak bisa melawan bullying  yang berlangsung cukup lama. Saya masih mengingatnya. Saat saya membuat seseorang menjadi teman bagi yang lainnya tapi justru sayalah yang terlupakan. Saya masih mengingatnya. Saat saya tidak punya pilihan dalam menentukan sekolah dan jurusan. Saya masih mengingatnya. Saat saya terpaksa merelakan tabungan yang hilang dan rencana yang berantakan. Saya masih mengingatnya. Saat saya dianggap tidak mampu melakukan sesuatu dalam tugas kelompok selain menjaga tas. Saya masih mengingatnya. Saat saya memilih tidak datang ke acara kelulusan karena tidak mempunyai sebuah kebaya. Saya masih mengingatnya. Saat saya seolah berdosa dengan tidak berpenampilan sama seperti yang lainnya. Saya masih mengingatnya. Saat saya ditanya apakah pernah ada seseorang yang berkata bahwa ia menyukai saya. Saya masih mengingatnya. Saat s

Manusia

Manusia membingungkan. Hari ini seolah tidak kehabisan kata, hari lainnya seolah tidak pernah bertukar nama. Manusia mengecewakan. Sekarang menjanjikan ini dan itu, sebentar kemudian melupakannya begitu saja. Manusia menyebalkan. Membuat nyaman, menyakiti perasaan, mengucap penyesalan, mengulangi kesalahan. Manusia memusingkan. Mengatakan sesuatu, melakukan sebaliknya. Manusia. Selalu merasa si paling di saat seharusnya menjadi saling.

Satu Hari

Selamat ulang tahun. Selamat bertambah usia. Selamat hari lahir. Selamat menjadi tua. Beragam kata pembuka yang terucap dan dijawab dengan terima kasih. Semoga sehat selalu. Semoga panjang umur. Semoga bahagia. Semoga rezekinya lancar. Tak lupa doa-doa baik yang menyertainya dan diaminkan dengan sepenuh hati. Semoga segera menyusul ke pelaminan. Semoga cepat punya momongan. Terkadang ada juga doa--doa spesifik yang diselipkan meski tanpa sadar kondisinya belum tentu tepat. Satu hari dalam satu tahun, selama seumur hidup. Berbahagia atau tidak, jalani saja. Hanya satu hari.

To Do List

Coloring my hair. Doing make-up by myself Taking lots of selfie. Dressing up as I want. Learning foreign languages. Writing regularly. Enrolling in sports' classes. Finding new hobbies. Finishing my to-watch-list. Having friend(s) in real life. Being confident. Being grateful. Being alive. Being me.

Selamat Tinggal

Rasanya saya tidak pernah tahu cara yang tepat untuk menciptakan sebuah perpisahan. Antara tidak mau atau tidak mampu. Entahlah. Lima belas tahun lalu, saya menjalin sebuah hubungan yang tidak pernah terpikir sama sekali saat itu akan bertahan sedemikian lama. Jika ditanya seberapa dekat. Kami bertemu hampir setiap hari. Jika ditanya seberapa nyaman. Belasan tahun adalah pembuktian betapa nyaman dan terbiasa bagaikan dua sisi mata uang. Jika ditanya seberapa banyak saya tertawa atau menangis. Terlalu banyak. Jika ditanya seberapa sering saya ingin mengucap pisah. Terlalu sering. Seiring dengan berjalannya waktu, saya menyadari bahwa hubungan ini tidak lain adalah satu-satunya distraksi yang saya miliki untuk meredam keributan di kepala. Alasan terkuat agar saya bisa terus menjalani hidup. Alasan terbaik agar saya bisa terlihat normal seperti orang lain pada umumnya. Seolah-olah seperti itu. Tanpa sadar bahwa semakin lama keributan itu pergi menyisakan kekosongan yang membuat sesak. Ras