Posts

Showing posts from 2016

Everything Is Not That Important, Everyone Is

Dilihat itu menyenangkan Berbahagialah jika di luar sana ada seseorang yang melihatmu sebagai seseorang yang penting. Mungkin kamu tidak selalu menjadi yang utama dalam segala hal, tapi kamu tahu betul bahwa kamu tidak akan pernah sendiri. Dia ada. Dia melihatmu tertawa bahkan menangis. Dia melihatmu bercerita tentang apapun bahkan saat kamu memilih diam. Dia melihatmu merangkai mimpi, mengejar, dan meraihnya bahkan saat ternyata harus jatuh. Dia melihatmu ada bahkan saat di mata dunia kamu seolah tidak pernah ada. Bersyukurlah jika selama ini dia ada dan melihatmu. Rasanya menyenangkan, bukan? Diingat itu menyenangkan. Berbahagialah jika di luar sana ada seseorang yang mengingat hal-hal kecil baik yang kamu suka maupun tidak padahal itu bukanlah sesuatu yang penting dan bahkan kamu sendiri sudah lupa saat mengatakannya. Ingatan sederhana seperti ajakan menonton film kartun karena belum lama kamu bilang butuh lebih banyak tertawa. Ingatan sederhana

A (Not So) Secret Admirer, Just A Serious Observer

"I always interpret coincidences as little clues to our destiny." - Ann Brashares I used to hide and watch you from a distance Aku menyukaimu bahkan sebelum kita saling bersalaman dan saling menyebut nama masing-masing. Sejak pertama kulihat kamu di tengah keramaian kantin kantor saat jam makan siang. Sejak pertama kuperhatikan kamu tidak seriuh dan seramai teman-teman semejamu yang lain. Sejak pertama kusadar kamu jarang sekali terlihat berbicara apalagi tertawa di tempat umum. Beberapa kali kulihat hanya sekadar senyum tipis yang kamu keluarkan sebagai respons saat berkomunikasi. Sejak pertama kutahu bahwa ternyata kita bergabung di komunitas yang sama. I was looking for a time to get closer at least to say hello Awalnya aku pikir akan lebih mudah berkenalan dengan orang yang pendiam karena tidak perlu takut dibuat salah tingkah saat harus bertemu lagi. Aku salah. Ternyata sangat sulit saat harus memulainya denganmu. Ternyata

I Can't Remember To Forget

Lupa kapan terakhir keluar rumah di akhir pekan atau sepulang kerja hanya untuk sekadar menonton film di bioskop, makan dan berbincang tentang ini itu, (tidak sengaja) membeli barang   tidak berguna  lucu, atau apapun dalam rangka melepas lelah, memanjakan diri, dan bersosialisasi. Lupa kapan terakhir berbicara, mengobrol, bercerita dengan orang yang (mau) mengerti kerumitan dan kegilaan di kepala baik lewat tatap muka maupun secara   online . Lupa kapan terakhir hanyut dalam sebuah dunia sendiri yang tercipta lewat sebuah kesenangan akan hobi dan mimpi yang dirangkai diam-diam. Lupa kapan terakhir dibuat salah tingkah oleh sebuah balasan pesan atau sapaan singkat dari seseorang. Lupa kapan terakhir merasa bahwa hidup itu sangatlah menyenangkan seolah masalah hanya berkisar menentukan mau makan apa-dimana-dengan siapa, informasi terbatas tentang artis kesukaan, atau pakaian apa yang ingin dikenakan esok hari. Lupa. Menyadari jika ini ti

When I Cry

One night on July A million of bunnies cry I asked in a hurry, why But seems like they are too shy Days and weeks fly Here I am, sit alone and cry A million of bunnies are passing by But none ask me why

Sebuah Playlist

Saat itu kami sedang berada di perjalanan pulang sehabis dari acara pernikahan seorang teman. Beberapa kali dia mengganti lagu yang terputar secara acak dengan alasan terlalu berisik, tidak jelas, atau terlalu berat. Entahlah. Aku hanya memandanginya seraya tertawa karena aku tahu dia tidak serius dengan semua komentarnya. Bagaimanapun juga ini mobilnya dan itu semua adalah pilihan lagunya sendiri. Apa mungkin dia salah tingkah karena ini pertama kalinya kami pergi bersama? Ok, aku tahu itu terlalu berlebihan. "Denger radio aja deh ya.." Tak lama kemudian, "Ah, sama aja. Ga ada yang enak." Dia pun menyerah dan mematikannya. "Ngobrol aja deh, ngobrol." "Kapan-kapan aku mau dibuatkan  playlist  berisi lagu-lagu yang kamu suka." Aku mencoba membuka percakapan. "Hmm.." "Eh, jangan deh. Maksudku lagu-lagu yang menurutmu enak." "Hmm.. Apa bedanya?" "Karena lagu yang kamu suk

Kita

Dia duduk di situ Dia menyukai bisu Dia mengumbar ragu Sementara Aku di tempatku ada Aku membenci jeda Aku memuntahkan tanya Padahal Kamu yang selalu di sini Kamu menyingkirkan sepi Kamu menunggu hati

Tak Perlu Sayang Untuk Sekadar Kenal

Orang bilang tidak ada kata terlambat untuk apapun. Apa ini berlaku juga perihal perkenalan? Saat kita tertarik dengan sesuatu atau seseorang tapi kita tidak tau cara untuk memulai yang namanya perkenalan, apa yang harus dilakukan? Menunggu? Mengikhlaskannya begitu saja? Bagaimana? Kita bahkan tidak tahu dalam hitungan detik ke depan apa yang akan terjadi dengan kita, dengan hal atau orang tersebut.  Biar itu jadi bahan pikiran masing-masing atau mungkin kalau ada kesempatan jadi bagian tersendiri di blog ini nantinya. Anggap aja postingan ini sebuah perkenalan. Alasan tadi di awal saya menyinggung soal filosofi terlambat, karena memang ini sudah postingan kesekian bukan pertama. Menulis dan membaca bukan hal baru buat saya. Saya sudah (pernah) terbiasa menuangkan isi hati dan khayalan ke dalam tulisan, juga menghabiskan berjam-jam di saat sibuk atau luang untuk membaca. Beberapa tahun lalu pun sebenarnya sudah cukup sering menulis di blog tapi apa daya keterbata

Sejak Dulu Saya Terbiasa Mencintai

Sejak dulu saya mencintai bahasa. Apapun jenis, bentuk, media, cara penyampaian, tujuan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan itu. Sejak kecil saya mulai mengenal Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, jatuh cinta dengan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, dan akrab dengan Bahasa Batak sebagai bahasa daerah. Sejak duduk di bangku sekolah menengah saya mulai tertarik dengan Bahasa Perancis, Bahasa Jepang, dan Bahasa Jerman. "Sejak dulu saya mencintai bahasa." demikian jawaban saya saat orang menanyakan alasan saya ingin sekali kuliah mengambil jurusan bahasa atau sastra. Mereka tertawa. Mungkin menurut mereka tidak ada artinya. Sejak berhasil kuliah di jurusan yang saya inginkan, ternyata saya semakin mencintai bahasa terlebih dalam hal permainan kata dan penjabaran maksud di baliknya. "Sejak dulu saya mencintai bahasa." demikian jawaban saya saat rekan sekerja kerap menanyakan mengapa saya tidak mengambil jurusan kuliah yang se

Mencari Distraksi

Ini adalah sebuah kisah sederhana tentang gambaran identitas yang cukup marak di dunia maya. Tempat di mana siapapun (seolah) bisa menjadi apapun. Tempat di mana rasa terkadang bukan lagi sebuah pilihan melainkan paksaan. Tempat di mana hidup bisa terasa menjadi begitu mudah atau justru kebalikannya. Tempat di mana orang keluar dari dunia nyata atas dasar mencari distraksi. *** Pencinta kopi Dia bilang dia pencinta kopi tapi paginya seperti tak pernah dimulai dengan menyeduh minuman panas berwarna hitam pekat itu. Menghabiskan hari-harinya di bawah jembatan layang ibukota membuatnya menganggap kopi adalah sebuah kemewahan. Sesuatu yang selalu dia lihat setiap pagi berada dalam genggaman para pekerja di sebuah gedung perkantoran di dekat jembatan. Baginya sesekali lewat dan menghirup aroma kuat kopi dari balik kedai kopi yang berada tak jauh dari jembatan, tanpa tahu rasanya, sudah cukup menjadi semacam penambah semangat baginya. Mimpinya, duduk diam m

Meanwhile...

A man took a girl to a party. On their way home, the girl was so happy she wanted to tell everyone about him. She texted him "thanks for the party. Good night. :)" before falling asleep smilingly. The man was also very happy. Again, none of his friends noticed him taking a (different) girl tonight. He opened his favorite dating apps before falling asleep smilingly.

The Confession

Ketika dia yang kau pikir datang untuk menjadi harapan terakhirmu ternyata perlahan memudar dan menghilang, apakah kau masih percaya dengan adanya kepercayaan? Ketika dia yang kau kira telah berhasil menyembuhkan segala lukamu ternyata sebenarnya hanyalah racun yang menggerogoti dirimu, apakah kau masih mampu berkata sakit? Ketika dia yang kau mau habiskan hari-harimu bersamanya ternyata malah menghentikan langkah di salah satu hari, apakah kau masih siap untuk memulai hari lain? Ini bukan cerita tentang jatuh cinta, karena kata jatuh identik dengan rasa sakit. Ini juga bukan cerita tentang patah hati, karena kata patah identik dengan yang tak lagi utuh. Ini tentang hati, entah apakah terdapat juga cinta di dalamnya. *** Sepertinya empat tahun cukup untuk membuatku yakin dengan perasaanku, tapi entah bagaimana dengan perasaanmu. Setelah mempertimbangkannya selama beberapa bulan terakhir aku tahu inilah saat yang tepat untuk mengungkapkannya. Ya, aku akan mengatak

Tentang Hujan

Aku tidak suka hujan. Entah kenapa, pokoknya aku tidak suka hujan. Banyak orang di luar sana yang melabeli dirinya sebagai pencinta hujan. Aku tidak tahu definisi cinta yang mereka maksud. Apa saat hujan datang mereka akan begitu gembira? Apa saat hujan berhenti atau tidak turun mereka akan bersedih atau merindukannya semikian rupa? Aku tidak tahu cara mereka mengekspresikan cintanya terhadap hujan. Apa mereka selalu menyambut hujan dengan menari bebas? Apa mereka sekadar merangkai sajak berisi kata-kata indah? Aku tidak tahu apa yang dimiliki hujan sehingga banyak orang yang begitu mencintanya. Apa karena aroma   petrichor   yang katanya bisa menenangkan? Apa karena suara tetesannya yang seolah meredam bising di pikiran? Hujan, terlebih yang turun saat aku sedang berada di luar rumah, hanyalah membawa kerepotan dan kepanikan. Aku tidak suka jika harus naik-turun kendaraan umum atau berjalan di tengah hujan. Aku tidak suka mereka yang selalu menganggap sel

Dini Hari Di McD

01:00 “Ayo kita jalan-jalan!” sebelum mendengar jawabanku kamu sudah berjalan keluar kamar membawa handphone dan dompet, meninggalkanku yang sedang asik menikmati sepiring es krim yang sudah mencair. Aku terpaksa bangun, mengambil tas, mengunci pintu kamar, dan segera menyusulmu setengah berlari dengan masih mengenakan baju tipis dan celana pendek yang seharusnya menjadi seragam tidurku malam ini. --- 21:00 “Aku bosan. Ayo kita kembali ke hotel saja.” katamu dengan wajah murung sambil terus memandangi layar handphone. “Loh, kenapa? Masih jam segini. Sayang banget kalau cuma di hotel.” aku berusaha untuk bersikap biasa saja meski di satu sisi sebenarnya aku sudah cukup muak dengan situasi seperti ini. Orang biasa menyebutnya mood swing . Kamu mungkin menyebutnya holiday mood swing . Aku selalu menyebutnya your current mood. Kamu diam. Tidak membantah meski aku yakin juga tidak menerima. “Tau gini mah, mending di rumah aja.” bisikmu pelan tapi masi