Posts

Showing posts from 2017

Dari Aplikasi Turun Ke Hati

Bosan mengoceh di media sosial membuat saya terpikir mencari kesenangan dengan beralih ke aplikasi kencan dan pencari jodoh yang cukup populer. Sebenarnya saya tidak berharap apapun apalagi sampai memasang target untuk berkenalan bahkan hingga bertemu seseorang, tapi sepertinya tidak ada yang salah. Toh, siapa yang tahu... Ternyata keberuntungan saya di aplikasi ini cukup bagus. Sejak kemarin saya pertama kali membuat akun, sudah ada beberapa orang yang "cocok" dan kebetulan kesan pertamanya cukup menyenangkan untuk diajak mengobrol lebih lanjut. Orang yang pertama bernama Rino, seorang sutradara video klip yang juga sering menangani acara fashion show   hingga yang bertaraf internasional. Ya, saya sadar bahwa sepertinya dia terlalu keren untuk sekadar dijadikan teman bertukar pikiran perihal ini dan itu di kepala yang sebagian besar hanyalah berisi hal absurd. Ah, sudahlah. Siapa yang tahu... Orang yang kedua bernama Putra, seorang arsitek yang baru sa

Ujug-Ujug...

Akhirnya saya kembali di sini. Memang sudah seharusnya, sesuai niat awal saya sejak pertama kali membuat blog ini. Sayangnya ternyata saya tidak hanya buruk dalam hal berkomitmen dengan orang lain, tetapi juga dengan diri sendiri. Rasanya terlalu sering saya mengkhianati janji yang saya buat untuk diri sendiri. Lucunya, saya justru akan sedemikian hancur saat orang lain memperlakukan saya seperti itu. Dasar bodoh! Jadi, adakah hal menarik yang akan saya bagikan di sini? Tentu saja tidak. Lalu apa yang mau saya katakan? Saat tulisan ini dimulai, ada satu hal yang saya katakan pada diri sendiri. Saya takut akan menghabiskan sisa hidup saya seperti ini. Entah apa yang membuat saya terpikir untuk bicara seperti itu dalam perjalanan menuju ruang kerja di lantai tiga dari toilet di lantai dua, yang jelas setelahnya pikiran saya menjadi tidak karuan. Ya, saya takut.

Happy Belated Birthday!

Lima menit yang lalu aku melihat sekilas ada amplop kuning terselip di lipatan bajuku saat sedang membuka lemari. Samar-samar aku berusaha mengingat apa isinya. Ternyata sebuah surat pendek, bertuliskan tulisan tanganku yang cukup rapi. Hari ini... Maaf karena tidak menepati janji untuk membelikan beberapa hal yang kau inginkan. Maaf karena tidak memungkinkan untukmu pergi ke tempat yang juga kau inginkan. Maaf karena seperti biasa kau harus menerima kenyataan bahwa kau memang terlupakan. Maaf karena lagi-lagi kau berbeda. Tidak apa-apa. Toh, ini bukan lagi hal hal baru. Tidak apa-apa. Bahkan, satu-satunya distraksimu bermasalah. Tidak apa-apa. Masih ada beberapa menit lagi, nikmatilah dalam kesendirianmu. Tidak apa-apa. Meski sulit, berjanjilah bahwa kau tidak akan menganggap hal ini sebagai hal besar. Tidak apa-apa. Kau tidak perlu memaksa untuk dapat bahagia, cukup lakukan yang terbaik sebisamu. Terima kasih untuk bertahan. Selamat

Menikah Karena Muda(h)

Belakangan ini ada hal yang cukup menarik perhatian sekaligus mengusik pikiran saya dan membuat saya mengaitkannya kesana kemari, yaitu tentang pernikahan. Sebagai orang yang belum menikah (dalam waktu dekat), mungkin saya akan terkesan sok tahu karena dengan beraninya mengangkat topik ini ke permukaan. Bukan, bukan maksud saya untuk seperti itu, ini hanyalah sebuah persepsi dan tidak untuk menyorot mereka yang sudah lebih dulu dan lebih lama menjalani fase ini. Ada yang bilang menikah saja dulu kalau memang sudah siap dari sisi finansial, masalah rasa akan tumbuh dengan sendirinya. Ada juga yang bilang perasaan dan kesiapan psikologis adalah modal utama sebuah pernikahan. Menurut saya, kehidupan pernikahan dengan segala ini-itu di dalamnya tidak semudah sekaligus tidak sesulit yang dilihat atau didengar. Itulah sebabnya diperlukan pemikiran matang sekaligus pembicaraan panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah, bahkan dengan orang yang mungkin sudah saling mengenal da

March, Too, Shall Pass...

Hai Maret, Akhirnya hari ini terakhir kita sama-sama di tahun ini. Yaaaaaaay!!! \o/ Maaf jika saya terlihat begitu semangat tapi memang demikian adanya. Hari ini izinkan saya menggambarkan seputar tiga puluh satu hari kebersamaan kita. Saya tidak pernah merasa sedemikian hancur, bingung, putus asa, lelah, sedih, sendiri, sekaligus kuat, beruntung, atau entah apa lagi yang bisa menggambarkan perasaan saya selama satu bulan terakhir. Saya mendapat pengalaman dan pemikiran baru tentang hal-hal yang tidak pernah saya (mau) tahu tapi ternyata cukup menarik sebagai pembelajaran hidup. Saya menyangkal diri perihal perasaan saya. Sulit dan tidak enak, tapi sepertinya saya mampu melewatinya. Mungkin kira-kira seperti itu artimu bagi saya. Tidak, saya tidak akan mengeluh lagi untuk semuanya. Sudah cukup. Toh, kamu pun pasti sudah sangat bosan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti "mengapa harus seperti ini?", "mengapa selalu saya?", dan semacamnya yang

Hello, Goodbye

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat beberapa menit saat aku memutuskan untuk pulang sehabis menonton film animasi yang kutunggu sejak lama dan kebetulan memang hanya tayang di bioskop ini. Sudah cukup larut, pikirku. Saat tiba di lantai tiga, mataku tertuju pada sebuah kedai kopi yang terletak di bagian pojok lantai ini dengan logo sebuah cangkir berwarna coklat tua . Itu adalah salah satu tempat kesukaanmu dulu. Apa sekarang pun masih? tanyaku dalam hati. Cukup lama aku memandangi tempat itu. Banyak yang berubah sejak terakhir kali aku masuk ke dalamnya beberapa tahun lalu. Sekarang mereka memperluas areanya hingga ke bagian depan dan juga mulai menjual kue dan roti. Warna coklat tua masih mendominasi ruangan dan juga seragam para karyawannya, namun kini mereka memberi nuansa kuning sebagai detail tambahan meja dan kursinya. Aku tersenyum mengingat dulu tempat ini begitu kecil dan sederhana. Kamu menyebutnya ekslusif karena memang keberadaannya tidak terlalu mencolok

Drama Kori VS Drama Korea

Tahun lalu seorang teman sering sekali bercerita tentang sebuah kisah drama dari Korea yang saat itu memang sedang ramai dibicarakan. Ia selalu bersemangat menggambarkan betapa luar biasanya pesona para aktor dan aktrisnya serta jalan cerita yang dimiliki. Melihat saya yang begitu datar dan malas berkomentar membuatnya memaksa saya untuk menonton beberapa judul dan dengan sangat yakin berkata bahwa saya pasti menyukainya. Sebenarnya sudah cukup lama sejak terakhir kali saya menonton kisah-kisah drama karena saya merasa sehari-hari sudah terlalu penuh untuk ditambah dengan satu kegiatan lagi. Selain itu rasanya saya bukan termasuk orang yang betah duduk berlama-lama memandang layar. Siapa sangka, akhirnya saya mengikuti juga keinginannya dan untungnya semua yang direkomendasikannya memang menyenangkan. Tentunya bohong jika saya bilang tidak tertarik dengan tampilan fisik para pemain di tiap cerita yang saya tonton tapi sepertinya justru yang sangat mencuri perhatian saya adalah

Help Me, I'm Trapped!

Apa yang lebih menyedihkan dari keharusan menjalani sesuatu yang yang tidak diinginkan atau disukai? Sebuah pertanyaan yang mungkin jawabannya adalah kehidupan saya belakangan ini. Hambar. Entah apa gunanya hidup dan apa yang mau saya lakukan dalam hidup. Saya tidak tahu dan sepertinya tidak pernah ada juga yang merasa perlu memberi tahu. Rasanya seperti berdiri di tengah jalan raya yang dilalui orang banyak. Mereka terlihat sibuk, terburu-buru, berjalan santai, berpegangan tangan, bermain handphone , mengobrol, tertawa, menikmati makanan dan minuman, membawa belanjaan atau binatang peliharaan., dan lain sebagainya. Sementara saya diam, terlewati sambil sesekali tersenggol tanpa ada yang mau repot-repot meminta maaf atau bahkan menoleh sekilas. Beberapa kali saya memberi jalan buat mereka atau membantu menopang saat tiba-tiba mereka terpeleset atau kerepotan dengan bawaannya. Akan tetapi lagi-lagi sepertinya tidak ada yang mau meluangkan sedikit waktunya mengucapkan terima kasih a

Kuningnya Semangka, Ungunya Ubi

Di atas meja kecil beralaskan kertas kalender bekas yang terletak di agak di pojok ruangan, Semangka Kuning dan Ubi Ungu hidup berdampingan di atas dua keranjang besar berwarna merah keunguan. Mereka terpisah dari yang lainnya seperti Pisang Kepok, Pepaya California, Nanas Madu, dan Buah Naga yang berada di atas hamparan meja besar di tengah ruangan. *** “Mang…” Ubi Ungu membuka pembicaraan. Mungkin ia bosan karena sejak pagi tadi tidak ada yang menyentuh atau bahkan sekadar meliriknya. “Iya Bi…” jawab Semangka Kuning dengan tenang. “Enak ya mereka.” Sambil melayangkan pandangannya ke arah kerumunan orang yang sibuk memilih sambil sesekali menimbang-nimbang Pepaya dan Nanas, ia melanjutkan ucapannya. “kayanya tiap hari tidak pernah kesepian. Hidupnya bahagia.”. “Kenapa kamu harus merasa kesepian dan tidak bahagia?” “Ya buktinya sudah lebih dari sehari tidak ada yang berminat membeliku. Tentu saja orang-orang lebih memilih buah daripada ubi. Bahkan, para tukang

Kutukan Juli

Nama saya Juli dan ini sudah kesembilan belas kalinya saya gagal untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Tidak hanya hubungan pertemanan tapi juga percintaan. Rekor terlama saya dekat dengan orang lain adalah sekitar empat tahun yaitu semasa kuliah yang itupun tidak sepenuhnya bahagia. Terakhir kali saya takabur melabeli seseorang sebagai (calon terkuat) sahabat tapi ternyata lagi-lagi kandas. Menyedihkan. Kebetulan si korban –atau pelaku, entahlah- yang kesembilan belas ini adalah laki-laki dan statusnya pun hanya teman. Saya mengenalnya beberapa tahun lalu karena urusan pekerjaan dan hanya sempat bertemu satu dua kali tanpa sempat mengobrol banyak. Kedekatan di antara kami justru muncul saat kami sudah tidak lagi berhubungan secara profesional. Berawal dari saling menambahkan sebagai teman di salah satu media sosial dan berakhir dengan chatting seputar ini itu. Seperti yang dikatakan oleh salah satu lagu lawas, mulanya biasa aja. Dia kerap membuka obrolan dengan perih